Penelitian baru yang diterbitkan dalam jurnal Nature Communications telah menjelaskan potensi APG9 sebagai target terapeutik untuk mengobati berbagai penyakit, termasuk kanker, gangguan neurodegeneratif, dan kondisi autoimun. APG9, juga dikenal sebagai ATG9A, adalah protein utama yang terlibat dalam proses autophagy, mekanisme seluler yang memainkan peran penting dalam mempertahankan homeostasis seluler dan mempromosikan kelangsungan hidup sel.
Autophagy adalah proses yang sangat dilestarikan di mana sel -sel terdegradasi dan mendaur ulang organel dan protein yang tidak berfungsi atau disfungsional untuk menjaga kesehatan dan fungsi seluler. Disregulasi autophagy telah terlibat dalam patogenesis berbagai penyakit, termasuk kanker, gangguan neurodegeneratif seperti penyakit Alzheimer dan Parkinson, dan kondisi autoimun seperti multiple sclerosis dan rheumatoid arthritis.
Dalam studi baru, para peneliti menyelidiki peran APG9 dalam mengatur autophagy dan potensinya sebagai target terapi untuk memodulasi autophagy dalam pengaturan penyakit. Menggunakan kombinasi model kultur sel dan model tikus, para peneliti menunjukkan bahwa APG9 memainkan peran penting dalam inisiasi dan regulasi autophagy, dan bahwa penargetan APG9 dapat memodulasi kadar autophagy dan meningkatkan hasil penyakit.
Salah satu temuan utama dari penelitian ini adalah bahwa memanipulasi kadar APG9 dalam sel kanker dapat meningkatkan kemanjuran kemoterapi dan terapi radiasi, yang menyebabkan peningkatan kematian sel dan regresi tumor. Ini menunjukkan bahwa menargetkan APG9 dapat menjadi strategi yang menjanjikan untuk meningkatkan efektivitas terapi kanker saat ini dan mengatasi resistensi terhadap pengobatan.
Selain kanker, para peneliti juga menemukan bahwa memodulasi kadar APG9 dapat memiliki efek menguntungkan pada gangguan neurodegeneratif dan kondisi autoimun. Dengan menargetkan APG9, para peneliti dapat mengurangi akumulasi agregat protein toksik dalam model penyakit neurodegeneratif dan mengurangi peradangan dan kerusakan jaringan pada model penyakit autoimun.
Secara keseluruhan, temuan penelitian ini menyoroti potensi APG9 sebagai target terapi untuk berbagai penyakit, dan menunjukkan bahwa memodulasi autophagy melalui penargetan APG9 dapat menjadi strategi yang menjanjikan untuk mengembangkan perawatan baru. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk sepenuhnya memahami mekanisme di mana APG9 mengatur autophagy dan untuk mengeksplorasi potensi terapeutik penargetan APG9 dalam pengaturan klinis. Namun, temuan ini menawarkan wawasan baru tentang peran autophagy dalam patogenesis penyakit dan menunjukkan peluang menarik untuk mengembangkan terapi yang ditargetkan berdasarkan modulasi autophagy.